Air minum kemasan menjadi salah satu kebutuhan dalam hidup kita. Kehadiran produk ini tidak pernah terlepas dalam kehidupan kita sehari-hari terutama bagi masyarakat di perkotaan. Untuk mendapatkannya pun sangat mudah, dari mulai supermarket besar, minimarket, toko kelontong, bahkan hingga pedagang asongan kini menyediakan produk ini dengan berbagai merk. Namun, siapa yang menyangka kalau produk yang sangat familiar di era modern dan sering kita jumpai saat ini dulunya termasuk sebuah barang eksklusif dan tidak sembarang orang bisa membelinya.
Menilik sejarah lahirnya air minum dalam kemasan di dunia, maka kita akan kembali pada abad ke 18 dan 19 ketika popularitas spa mulai kembali muncul di Eropa. Tidak seperti sekarang, kala itu air keran belum aman untuk diminum atau dikonsumsi meski telah dimasak terlebih dahulu. Terutama saat itu telah terjadi epidemi seperti kolera dan demam tifoid akibat air yang terkontaminasi hingga menyebabkan kondisi kesehatan yang serius bahkan berujung pada kematian. Budaya spa yang tumbuh subur di dunia Barat dan bertepatan dengan Revolusi Industri pada masa itu pun ditengarai menjadi cikal bakal munculnya produk air minum dalam kemasan.
Tradisi “mengambil air” untuk kepentingan kesehatan atau hidroterapi yang dipopulerkan oleh dokter yang terkenal pada masa itu seperti Priessnitz dan Kneipp, membangkitkan budaya spa yang sebelumnya mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Kota-kota seperti Evian di Perancis, Buxton di Inggris, dan San Pellegrino di Italia saat itu menjadi destinasi populer bagi orang-orang kaya untuk bersantai, bersosialisasi, dan mencari pengobatan bagi berbagai macam penyakit. Masyarakat berpendapat bahwa air-air di pinggiran kota tersebut berasal dari sumber bebas polusi oleh karena itu dianggap dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit.
Pengobatan tersebut pun memiliki kendala tersendiri, tidak hanya soal biaya yang diperlukan, namun juga soal waktu dan jarak yang harus ditempuh untuk dapat pergi ke kota-kota tersebut. Sebab, pada saat itu alat transportasi masih terbatas, sementara untuk melakukan pengobatan mereka harus datang berkali-kali. Dengan alasan inilah masyarakat mulai menanyakan beberapa tempat pemandian, apakah mereka dapat mengirimkan air ke rumah masing-masing secara berkala walaupun dengan biaya tambahan. Meski awalnya beberapa pemilik tempat pemandian merasa keberatan, namun akhirnya banyak yang menyetujuinya dan mulai mengirimkan air ke kota-kota dengan biaya yang cukup tinggi. Air-air tersebut pun dikemas dalam botol-botol yang diberi label seperti air minum kemasaan saat ini.
Sedangkan di Indonesia, air minum kemasan diciptakan oleh seorang warga Belanda kelahiran 1870 bernama Hendrik Freerk Tillema. Air minum kemasan bermerek Hygiea yang memiliki sumber air yang berasal dari pegunungan di Jawa Timur ini, untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Hendrik pada tahun 1910-an ke penduduk Hindia-Belanda di Semarang. Meski inovasi Hendrik pada saat itu dianggap aneh, namun hal ini tidak menghentikan dirinya untuk melakukan promosi secara maksimal. Tak tanggung-tanggung, Hendrik pun tercatat sebagai orang pertama dalam sejarah Hindia yang menggunakan balon-balon gas untuk mengiklankan produk air minum kemasannya. Sayangnya tidak banyak orang tertarik dengan produk air minum kemasan yang ia jual, hingga Hygiea pun tak laku di pasaran. Harganya yang dahulu terlalu mahal bagi orang pribumi, membuat produk air minum kemasannya hanya diminum oleh orang-orang penting seperti tamu dari luar negeri atau wisatawan asing.
Selang enam puluh tahun kemudian, meski dianggap sebagai sebuah kegagalan, seorang petinggi Pertamina bernama Tirto Utomo meniru langkah Hendrik Tillema. Di bawah perusahaan bernama PT Golden Mississipi yang didirikannya pada tahun 1973, Tirto menciptakan produk air minum kemasan yang kemudian diberi nama Aqua. Penemuan produk air minum kemasan ini pun berawal dari ketidaksengajaan. Pada tahun 1971, Tirto yang saat itu masih bekerja di Pertamina seringkali diutus untuk menjamu tamu kenegaraan. Suatu hari saat dirinya seharusnya bertugas untuk menghadiri sebuah rapat besar, Tirto terpaksa pergi ke rumah sakit untuk menjenguk istri tamunya. Setelah diselidiki, ternyata istri tamunya tersebut menderita diare berat akibat minum air keran secara langsung tanpa dimasak terlebih dahulu.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Tirto kemudian berpikir mengenai cara menyediakan air minum yang bersih dan sehat untuk masyarakat. Keinginannya semakin besar ketika dirinya yang selalu berhasil menemukan restoran dengan sajian masakan yang lezat di Indonesia, merasa tak pernah bisa mendapatkan minuman berupa air bening yang steril. Dengan alasan inilah Tirto memperoleh inspirasi untuk memproduksi air minum kemasan. Dirinya pun sudah bisa menemukan komposisi air minum tersebut, tanpa aroma, warna, gula, dan pengawet, serta penggunaan kemasan botol berbahan kaca. Tirto pun semakin percaya diri dengan inovasinya karena bisnis serupa telah dijalankan di luar negeri dan teknologinya pun sudah ada.
Keinginan Tirto untuk menyediakan air minum yang bersih dan sehat sejalan dengan kebutuhan masyarakat saat itu yang mulai menyadari pentingnya hidup sehat terutama setelah muncul laporan tentang pencemaran air tanah di kota-kota besar di Indonesia. Masyarakat pun mulai mengurangi minum-minuman olahan yang mengandung gula, bahan pengawet, serta citarasa buatan, dan mulai mengkonsumsi air putih yang bersih, sehat serta aman. Pada tahun 1974, Aqua untuk pertama kalinya dipasarkan di Indonesia. Selain mengambil sumber mata air yang berasal dari pegunungan, produk ini pun diproses melalui penyinaran ultraviolet dan ozonisasi untuk memastikannya bebas dari kontaminasi zat apapun. Sayangnya meski telah mengadopsi gaya hidup sehat, masyarakat masih tetap heran melihat air minum kemasan. Sama seperti masa Hendrik, banyak di antara masyarakat menganggap mereka tidak perlu membeli air mahal dalam botol sebab sudah memiliki air sumur yang bagus dan aman untuk diminum.
Berbagai kendala pun mulai dihadapi oleh Tirto. Sasaran pembeli utama yang awalnya merupakan orang asing pun tidak dapat diharapkan. Kebanyakan orang asing saat itu masih meragukan kualitas produk Indonesia sehingga tidak berminat membelinya. Tirto pun masih kesulitan untuk menjual Aqua berbotol kaca hingga tahun 1978. Berkat keinginannya yang kuat, Tirto terus memutar otak hingga kemudian muncul ide untuk mencoba mengganti kemasan berbotol kaca menjadi berbahan plastik. Benar saja, idenya tersebut terbukti ampuh dan dianggap sebagai sebuah revolusi hingga saat ini. Penggunaan kemasan botol berbahan plastik dapat memperluas jangkauan penjualan Aqua sehingga kesempatan masyarakat Indonesia untuk memperolehnya semakin besar.
Tidak hanya di Indonesia, kini masyarakat di seluruh dunia pun mulai menggandrungi air minum kemasan. Kebiasaan mengkonsumsi air mineral kemasan pun saat ini menjadi sebuah gaya hidup di tengah masyarakat. Dari botol-botol plastik kecil, air minum kemasan kini semakin berkembang dengan beragam bahan serta bentuk kemasan, salah satunya galon. Berbagai perusahaan pun kini berlomba-lomba mengikuti jejak Tirto untuk mengeluarkan produk air minum kemasan dengan beragam merek. Tirto Utomo seorang perintis air minum kemasan di Indonesia pun bersikukuh, meski air ledeng dari PAM boleh diminum tanpa dimasak, bisnis air mineral tak akan pernah goyah. Walaupun perjuangan yang ditempuh oleh Tirto tidaklah mudah, namun berkat keinginannya yang kuat untuk membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat, dirinya telah berhasil membangun sebuah perusahaan air minum kemasan terbesar dan terbaik di Indonesia.Mengapa sebuah kemasan dari sebuah produk itu penting? Karena kemasan menjadi kesan pertama dari sebuah produk yang akan diterima oleh konsumen. Bahkan dari sebuah kemasan, anda dapat membuat konsumen menjadi pelanggan setia dari produk anda. Ingin membuat kesan terbaik untuk produk anda? Konsultasikan segera kebutuhan kemasan anda dengan FANFEIF sebagai penyedia packaging custom box yang terpercaya. Untuk solusi terbaik dalam memenuhi kebutuhan anda dengan kemasan yang berkualitas:
PT. FANFEIF
ANAK NUSANTARA KARTON
Jl. Mawar RT/RW 003,006
Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya
Bekasi, Indonesia
Telephone:
(021) 8262 6715
0821 1202 0122
Email: fanfeifkarton@yahoo.com
Tidak hanya menjadikan produkmu sebagai ikon, kami juga akan memberikan kesan terbaik bagi kemasan produk anda.
Sumber:
1. Historia.id: Sejarah Air Minum Kemasan.
2. Kompas.com: Sejarah Aqua, Didirikan Tirto Utomo hingga Dibeli Danone Perancis.
3. VOI.id: Asal-Usul Air Kemasan: Ide Aneh yang Ternyata Membawa Keuntungan Abadi.
4. Tirto.id: Asal Muasal Air Minum Kemasan di Indonesia.5. The Conversation: Bagaimana sejarah industri air minum dalam kemasan bermula