Kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup kini kian meningkat. Terutama saat ini dimana perubahan cuaca menjadi semakin tidak menentu sebagai dampak dari pemanasan global. Berbagai usaha dan kampanye terkait masalah global warming pun semakin gencar digalakan, salah satunya yakni dengan mengurangi sampah plastik. Seperti yang telah kita ketahui, plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk dapat terurai sehingga berdampak buruk terhadap lingkungan.
Dari sekian banyak sampah plastik yang telah mencemari lingkungan, sedotan plastik menjadi salah satu penyumbang terbesarnya. Berdasarkan sebuah survey pada tahun 2018, pemakaian sedotan plastik sekali pakai di Indonesia diperkirakan telah mencapai 93,2 juta batang per hari. Jika jumlah sampah sedotan dalam sehari ini disambung panjangnya sekitar 16.784 km atau setara jarak antara Jakarta – Mexico. Sedangkan jika dijumlahkan dalam sepekan, panjang sampah sedotan plastik ini bisa mencapai tiga kali keliling bumi. Jumlah ini baru dari hasil perhitungan sampah plastik di Indonesia, belum jika ditambah dengan seluruh negara di dunia.
Sampah sedotan plastik yang telah mencemari laut Indonesia hingga berjumlah lebih dari 90 juta batang, menjadikan Indonesia termasuk sebagai salah satu negara dengan penggunaan sedotan plastik tertinggi di dunia. Saking tingginya angka tersebut, hingga 70% wilayah perairan Indonesia tertutupi oleh sampah plastik. Bahkan diperkirakan jika tidak ada upaya untuk mengurangi sampah plastik yang terus bertambah, maka populasi ikan hidup akan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah sampah plastik pada tahun 2040 mendatang.
Untuk mengurangi sampah plastik, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebenarnya telah mencanangkan langkah bebas plastik sejak tahun 2016 lalu. Pernyataan ini tertuang dalam Deklarasi Peduli Sampah yang menjadi langkah awal Komitmen Indonesia Bergerak Bebas Sampah 2020 dengan menerapkan kebijakan 3R (reduce, reuse, dan recycle). Salah satu usaha yang dilakukan guna mendukung komitmen tersebut ialah dengan menggalakan gerakan No Straw Movement yang telah dimulai sejak 2017 lalu.
Dengan menekan penggunaan sedotan plastik sekali pakai, diharapkan jumlah sampah plastik yang telah mencemari kawasan pesisir dan laut Indonesia dapat berkurang. Puluhan juta limbah sedotan plastik sekali pakai ini umumnya berasal dari minuman kemasan, warung, kedai dan restoran. Oleh karena itu, sejak digencarkannya kampanye anti sedotan plastik banyak kedai minuman atau restoran yang mulai menerapkan kebijakan baru seperti tidak menyediakan sedotan plastik atau menggantinya menjadi sedotan berbahan lain.
Kini sudah banyak sedotan bukan plastik yang bisa dijadikan pilihan untuk mendukung gerakan ramah lingkungan, salah satunya ialah paper straw atau sedotan kertas. Seperti namanya, paper straw terbuat dari kertas yang digulung hingga padat dan kokoh sehingga tidak mudah bocor atau hancur saat terkena air. Meski begitu, paper straw mudah menjadi lembek ketika tercelup terlalu lama di air sebab sifat kertas yang lebih menyerap cairan. Namun, sedotan kertas terbuat dari bahan food grade sehingga aman jika tertelan. Tetapi tentu saja sedotan kertas bukan untuk digigit, dikunyah, apalagi ditelan ya. Agar lebih aman, sebaiknya segera habiskan minuman jika menggunakan sedotan kertas.
Dibandingkan dengan sedotan plastik sekali pakai, sedotan berbahan kertas jauh lebih mudah terurai. Umumnya, sedotan kertas berasal dari perkebunan lokal yang dikelola secara berkelanjutan dan bersifat ramah lingkungan. Selain itu sedotan kertas yang diproduksi di Indonesia dan dipakai dalam lingkup lokal dapat mencegah emisi karena perjalanan impor. Tidak hanya lebih ramah lingkungan, paper straw juga memiliki beragam desain dan warna yang membuat tampilannya lebih bagus dan tampak menggemaskan. Pewarna yang digunakan pun aman karena berasal dari pewarna alami. Meski memiliki tekstur sedikit kasar dan tidak licin seperti sedotan plastik, paper straw tidak akan merubah rasa dari minuman.
Salah satu gerai kopi internasional, Starbucks, merupakan salah satu pencetus pertama dari penggunaan paper straw di Indonesia. Sebelumnya, Starbucks sudah dikenal sebagai gerai kopi yang sangat perhatian terhadap isu lingkungan dengan diadakannya program Bring Your Own Tumbler dan penggunaan gelas For Here yang telah berjalan selama lebih dari 11 tahun. Transisi penggunaan sedotan plastik ke sedotan kertas ini sebenarnya sudah dimulai oleh Starbucks sejak 1 Oktober 2018 lalu lewat gerakan Greener Nusantara di Bali. Kebijakan ini kemudian terus berlanjut hingga mulai Februari 2020 lalu, Starbucks secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan mengganti penggunaan sedotan plastik dengan sedotan kertas secara bertahap di seluruh gerainya di Indonesia.
Langkah Starbucks yang mulai menggunakan paper straw juga kini mulai diikuti oleh produsen-produsen minuman kemasan. Banyak perusahaan multinasional yang menggaungkan program sustainability atau keberlanjutan. Program ini merupakan tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan dengan membuat program pengelolaan limbah hasil produksi mereka. Sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk mengurangi jumlah sampah plastik hingga 70% pada tahun 2025, salah satu perusahaan multinasional terbesar di Indonesia, Nestlè, mengumumkan terobosan baru penggunaan paper straw untuk produk minuman kemasannya. Inisiatif tersebut menjadikan Nestlè sebagai perusahaan makanan dan minuman pertama yang memperkenalkan sedotan kertas untuk minuman kemasan di Indonesia.
Penggunaan paper straw sebagai pengganti sedotan plastik sekali pakai merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengurangi sampah plastik. Bahkan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh sebuah lembaga penelitian, sampah plastik bisa dikurangi hingga 10 ton dalam setahun dengan penggunaan sedotan kertas. Plastik terbuat dari bahan polyvinyl chloride (PVC) yang bersifat tidak larut, sulit terurai, dan mudah meleleh jika terkena panas. Tidak hanya berdampak buruk terhadap lingkungan, plastik juga membawa efek negatif bagi kesehatan. Oleh sebab itu, pemakaian plastik sebagai pembungkus makanan sangat tidak dianjurkan, karena semua polimer berbahaya dapat larut dalam tubuh.Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, perusahaan, serta pihak lain demi mewujudkan lingkungan sehat dengan mengurangi sampah plastik. Namun, upaya ini tidak akan terwujud jika seluruh masyarakat tidak ikut berpartisipasi dalam menerapkan gaya hidup sehat yang ramah lingkungan. Yuk gunakan kemasan-kemasan ramah lingkungan mulai dari sekarang! Butuh kemasan ramah lingkungan untuk produkmu namun masih bingung dengan spesifikasi yang cocok? Jangan khawatir! Konsultasikan segera kebutuhan anda dengan FANFEIF sebagai penyedia kemasan yang sudah berpengalaman. Untuk solusi terpercaya dalam memenuhi kebutuhan anda dengan kemasan yang berkualitas:
PT. FANFEIF
ANAK NUSANTARA KARTON
Jl. Mawar RT/RW 003,006
Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya
Bekasi, Indonesia
Telephone:
(021) 8262 6715
0821 1202 0122
Email: fanfeifkarton@yahoo.com
Tidak hanya menjadikan produkmu sebagai ikon, kami juga akan memberikan kesan terbaik bagi kemasan produk anda.
Sumber:
- Hipwee: 7 Alternatif Sedotan Bukan Plastik yang Ramah Lingkungan, Termasuk Plus dan Minusnya.
- Suara: Kurangi Sampah Plastik, Minuman Kemasan Kini Pakai Sedotan Kertas.
- Solo Pos: Ngeri! 93 Juta Batang Sedotan Plastik Bekas Cemari Laut Indonesia.
- Pop Mama: Sedotan Kertas: Benarkah Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kesehatan?
- Liputan 6: Kurangi Sampah, Starbucks Ganti Sedotan Plastik dengan Sedotan Kertas.